Tes Kemampuam Membaca

TES KEMAMPUAN MEMBACA
Oleh: Ridwan, S.Pd

I. PENDAHULUAN
Tes biasanya diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mendapatkan data terhadap seseorang yang dinilai . Tes, dengan demikian, juga merupakan salah satu macam alat pengukuran yang dipergunakan di kelas, yaitu untuk memperoleh informasi tentang seseorang (Tuckman, 1975: 12), yang juga dipergunakan untuk maksud pendidikan.
Tes kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan atau proses decoding, kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana tulisan. Yang pertama merupakan kegiatan menyimak, sedangkan yang kedua adalah kegiatan membaca.
Tulisan ini hanya akan memaparkan “Tes Kemampuan Membaca”. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Sebagaimana tujuan membaca yang telah dikemukakan Anderson dalam Tarigan (1987:9-10) bahwa ada tujuh tujuan membaca yaitu: (1) membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for facts), (2) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), (3) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization), (4) membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference), (5) membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify), (6) membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading for evaluate), dan (7) membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Dengan demikian, maka bacaan atau wacana yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami. Oleh karena itu, seorang guru sebagai evaluator dalam menguji kemampuan membaca harus benar-benar mampu memilih bacaan yang layak untuk diujikan.

II. TES KEMAMPUAN MEMBACA
Secara umum wacana yang layak diambil sebagai bahan tes kemampuan membaca tidak berbeda halnya dengan tes kompetensi kebahasaan yang lain, dan secara khusus juga tidak berbeda dengan kemampuan menyimak. Dalam tes kemampuan membaca kita harus mempertimbangkan bahan dan tingkatan tes kemampuan membaca.

A. Bahan Tes Kemampuan Membaca
Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.
1. Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosa kata dan struktur. Semakin sulit dan kompleks kedua aspek tersebut akan semakin sulit wacana yang bersangkutan. Demikian pula sebaliknya. Secara umum orang mengatakan bahwa wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Isi wacana
Isi wacana yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa. Isi wacana dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai pada diri siswa, misalnya dengan menyediakan bacaan yang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa, pendidikan moral pancasila, kehidupan beragama, berbagai karya seni, berbagai ilmu pengetahuan popular, dan sebagainya. Di pihak lain kita juga perlu selektif, menghindari bacaan-bacaan yang bersifat kontra atau masih bersifat controversial. Misalnya, bacaan yang bersifat menentang (kontra) pemerintah, kehidupan beragama dan bermasyarakat secara pancasilais, nilai-nilai yang kita yakini betul kebenarannya, atau secara umum bacaan yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Panjang pendek wacana
Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat wacana lebih baik daripada hanya dari sebuah wacana panjang. Dengan wacana yang pendek, kita dapat membuat soal tentang berbagai hal, jadinya lebih komprehensif. Di samping itu, secara psikologis siswa pun lebih senang pada wacana yang pendek, karena tidak membutuhkan waktu banyak untuk membacanya dan wacana pendek tampaknya lebih mudah.

4. Bentuk-bentuk wacana
Wacana yang dipergunakan sebagai bahan tes kemampuan membaca, bisa berupa wacana yang berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi.
a. Wacana bentuk prosa
Wacana bentuk prosa yang diambil bisa berupa karya fiksi atau nonfiksi, dapat dikutip dari buku-buku karya sastra, buku literatur, buku pelajaran, majalah, jurnal, surat kabar, dan sebagainya. Jika kita bermaksud mengukur kemampuan siswa memahami bacaan secara kritis, sebaiknya kita memilih bacaan-bacaan yang memungkinkan untuk maksud tersebut.
b. Wacana bentuk dialog
Wacana bentuk dialog, bisa berupa kutipan dari suatu naskah drama, baik juga dipergunakan sebagai bahan bacaan tes kemampuan membaca. Bahkan wacana bentuk dialog inilah sebenarnya paling dekat dengan bahasa lisan seperti yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Wacana bentuk puisi
Puisi sebagai salah satu bentuk karya seni yang mengandung pesan atau informasi juga baik sebagai bahan tes kemampuan membaca. Dibanding dengan prosa, pada umumnya orang memandang bahwa puisi lebih sulit dipahami, dan sebagai bahan tes pemahaman bacaan tidak lebih banyak digunakan. Penuturan dalam puisi tidak bersifat langsung, lebih banyak mempergunakan bentuk metafora.

B. Tingkatan Tes Kemampuan Membaca
Penekanan tes kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana. Kegiatan ini memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, sebagaimana ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: 1. Tingkat ingatan (C1); 2. Tingkat pemahaman (C2); 3. Tingkat penerapan (C3); 4. Tingkat analisis (C4); 5. Tingkat sintesis (C5); dan 6. Tingkat evaluasi (C6). Berikut akan dibicarakan dan dicontohkan tingkatan-tingkatan tes kognitif yang dimaksud dalam tes kemampuan membaca.

1. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Ingatan
Tes kemampuan membaca pada tingkat ingatan (C1) sekedar menghendaki siswa untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam wacana yang diujikan. Oleh karena fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam wacana itu dapat ditemukan dan dibaca berkali-kali. Pada hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan memindahkan fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut.
Contoh:
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dapat menimbulkan pengaruh positif, negatif, dan netral. Pemindahan secara positif terjadi jika unsur bahasa yang diterima mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan penampilan yang benar serta membantu kelancaran komunikasi. Pemindahan yang bersifat menguntungkan inilah yang disebut pemungutan. Pemindahan yang bersifat negatif terjadi jika unsur-unsur kebahasaan yang diterima tidak mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan tindak berbahasa yang tidak benar karena terjadi dislokasi struktural, dan menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi yang disampaikan. Pemindahan yang bersifat negatif inilah yang disebut interferensi. Pemindahan yang bersifat netral terjadi jika pemindahan unsur-unsur kebahasaan itu tidak memengaruhi kelancaran atau hambatan komunikasi dalam bahasa penerima.

Contoh butir-butir tes ingatan
1) Sebutkan tiga macam dampak pemindahan unsur-unsur kebahasaan antarbahasa!
2) Pemindahan secara positif terjadi jika ….
3) Pemindahan bersifat menguntungkan disebut ….
4) Pemindahan yang bersifat negatif disebut ….
5) Pemindahan yang bagaimanakah yang disebut netral?

Contoh butir tes ingatan bentuk pilihan ganda
1) Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain yang menyebabkan terjadinya dislokasi struktur disebut ….
a. pemungutan
b. interferensi*
c. netral
d. hambatan

2. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Pemahaman
Tes kemampuan membaca pada tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antarhal, dan sebagainya.
Butir tes kemampuan membaca untuk tingkat pemahaman ini belum tergolong sulit, masih dalam aktivitas kognitif tingkat sederhana walau sudah lebih tinggi dari sekedar kemampuan ingatan. Penyusunan tes hendaknya tidak dilakukan sekedar mengutip kalimat dalam konteks secara verbatim, melainkan dibuat parafrasenya. Dengan demikian, siswa tidak sekedar mengenali dan mencocokkan jawaban dengan teks saja, melainkan dituntut untuk dapat memahaminya. Kemampuan siswa memahami dan memilih parafrase secara tepat merupakan bukti bahwa siswa mampu memahami bacaan yang diujikan.
Contoh tes tingkat pemahaman dari wacana bentuk dialog
Tin : Ton, selamat ya! Saya ikut berbangga atas keberhasilan ujianmu.
Ton : Terima kasih, Tin! Semua ini terjadi karena adanya dorongan dari berbagai pihak. Dan kau, terlebih lagi.
Tin : Ah kau ini, ada-ada saja. Apa rencanamu kini? Mau mendaftar kuliah di mana?
Ton : Itulah masalahnya, Tin! Sebetulnya aku sangat berminat. Tapi, aku sadar keadaan orang tuaku. Lagi pula, apakah hanya dari bangku perkuliahan saja yang menjamin masa depan kita?
Tin : Tentu saja tidak, Ton! Tetapi, sayang kalau kau tak berkuliah. Bukankah NEM-mu tertinggi di sekolahmu?
Ton : Apa gunanya NEM tinggi, Tin, jika kita tak mampu mengatasi masalah sendiri? Bukankah ada seribu jalan untuk sampai di Mekah?
Contoh butir-butir tes pemahaman bentuk jawaban singkat.
1) Kapankah kira-kira dialog antara Ton dan Tin di atas dilakukan?
2) Mengapa Ton tidak dapat memenuhi keinginannya untuk berkuliah?
3) Jalan hidup apakah kira-kira yang akan ditempuh Ton?

Contoh butir-butir tes pemahaman bentuk pilihan ganda.
1) Ton tidak dapat memenuhi keinginannya berkuliah disebabkan ….
a) Menyadari keadaan orang tuanya yang miskin.*
b) Banyak cara hidup yang dapat ditempuh selain berkuliah.
c) Perkuliahan bukan satu-satunya yang menjamin kehidupan masa depan.
d) Ingin menunjukkan bahwa ia dapat menyelesaikan persoalannya sendiri.

2) Bagaimana sikap Ton terhadap NEM-nya yang tertinggi?
a) Tidak meyakini bahwa perkuliahan merupakan satu-satunya jalan yang menjamin kehidupan masa depan.
b) Menunjukkan bahwa dia dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan tidak perlu selalu mendambakan berkuliah.*
c) NEM yang tinggi sudah tentu menjamin bahwa yang bersangkutan dapat mengatasi permasalahan sendiri.
d) Menyadari betul bahwa cara dan jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Penerapan
Tes tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk mampu menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Demikian pula halnya dengan tes kemampuan membaca. Siswa dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan contoh baru, misalnya tentang suatu konsep, pengertian, atau pandangan yang ditunjuk dalam wacana. Kemampuan siswa memberikan contoh, demonstrasi, atau hal-hal lain yang sejenis merupakan bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan.
Contoh:
Wacana yang diujikan, misalnya, adalah wacana yang dikutip pada tes tingkat ingatan di atas.
Untuk mengukur apakah siswa benar-benar memahami perbedaan konsep pemungutan, interferensi, dan pemindahan yang bersifat netral, kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan aplikatif, misalnya dengan meminta siswa mencari atau mengenali contoh-contoh konkret bentuk kebahasaan yang dimaksud.

Contoh butir-butir soal yang dimaksud misalnya sebagai berikut:
1) Berikan contoh masing-masing tiga buah adanya struktur dan kosa kata bahasa asing yang telah dipungut (diserap) ke dalam bacaan Indonesia!
2) Tunjukkan tiga kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interferensi struktur bahasa asing!
3) Buatlah contoh tiga buah kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interferensi struktur bahasa Jawa!

Contoh butir soal tes penerapan bentuk pilihan ganda
1) Kalimat berikut yang tidak mengandung unsur interferensi struktur dari bahasa asing adalah …
a. Kantor di mana ayah bekerja terletak di kota lain.
b. Daerah lereng Merapi dari mana sayur-sayuran didatangkan berudara sejuk.
c. Terima kasih kepada Saudara pengacara yang mana telah memberikan waktu kepada saya.
d. Minat para tamatan SLTA untuk menjadi mahasiswa dari tahun ke tahun meningkat.*

4. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Analisis
Tes kemampuan membaca pada tingkat analisis (C4) menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi, dan sebagainya yang sejenis. Aktivitas kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari sekedar memahami isi wacana. Pemahaman yang dituntut adalah pemahaman secara lebih kritis dan terinci sampai bagian-bagian yang lebih khusus.
Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa kemampuan menentukan pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas dalam sebuah alinea, menentukan kalimat yang berisi pikiran utama, jenis alinea berdasarkan letak kalimat utama, menunjukkan tanda penghubung antaralinea, dan sebaginya. Berikut contoh beberapa tes tingkat analisis yang dimaksud.

Contoh:
Shahab yang meneliti masyarakat Betawi melihat bahwa wanita mempunyai kesempatan amat terbatas dalam peningkatan pendidikan. Hal itu disebabkan keterbatasan fasilitas pendidikan di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka. Walau ada peningkatan sikap terhadap arti pendidikan, perubahan itu belumlah memadai. Situasi ini menjadi lebih buruk karena kawin usia muda dianggap lebih penting dari pendidikan.
Ia mengatakan bahwa pendidikan jelas meningkatkan posisi wanita. Sebab, pendidikan membekali pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan dalam kehidupan modern yang memungkinkan mereka bisa bersaing dengan pria. Tetapi hanya segelintir wanita Betawi yang mengenyam pendidikan tinggi. Kebanyakan mereka pergi ke sekolah-sekolah agama, namun tak dapat mengubah posisi mereka karena tidak mendapatkan bekal yang dibutuhkan untuk memainkan peran dalam kehidupan modern.

Contoh butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis
1) Apa pikiran utama alinea pertama wacana di atas?
2) Tunjukkan kalimat yang memuat pikiran utama pada linea kedua!
3) Dilihat dari segi penempatan pikiran utama, sama atau berbedakah jenis kedua alinea di atas?
4) Tunjukkan kata (-kata) tertentu yang menandai hubungan antaralinea pertama dan kedua!
Contoh butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis dalam bentuk pilihan ganda
1) Ide pokok alinea pertama terletak pada kalimat ….
a. Wanita mempunyai kesempatan amat terbatas dalam peningkatan pendidikan.*
b. Keterbatasan fasilitas pendidikan di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka.
c. Ada peningkatan sikap terhadap arti pendidikan.
d. Kawin usia muda dianggap lebih penting dari pendidikan.

2) Dilihat dari segi penempatan ide pokok, alinea kedua di atas termasuk alinea yang bersifat ….
a. induktif
b. deduktif *
c. deduktif-induktif
d. menyebar

5. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Sintesis
Tes kemampuan membaca pada tingkat sintesis (C5) menuntut siswa untuk mampu menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat di dalam wacana. Aktivitas tingkat sisntesis ini berupa kegiatan untuk menghasilkan komunikasi yang baru, meramalkan dan menyelesaikan masalah. Aktivitas kognitif tingkat sintesis merupakan aktivitas tingkat tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif yang tidak sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan dengan baik.
Hasil kerja kognitif tingkat sintesis menunjukkan cara dan proses berpikir siswa. Oleh karena itu, berbeda halnya dengan tes-tes kognitif tingkatan sebelumnya, dalam tes tingkat sintesis dimungkinkan sekali adanya berbagai jawaban siswa yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Tes ini dalam rangka melatih dan mengukur kemampuan siswa untuk memikirkan secara kritis dan mencari penyelesaian masalah secara logis.
Contoh:
Wacana yang diujikan, misalnya adalah wacana pertama yang dikutip untuk tes tingkat analisis di atas.

Contoh butir-butir tes yang diujikan kepada siswa misalnya sebagai berikut;
1) Apa yang mungkin terjadi seandainya masyarakat Betawi, khususnya kaum wanita, mau menunda usia perkawinannya?
2) Bagaiman kita dapat memanfaatkan tenaga segelintir wanita Betawi yang sempat mengenyam pendidikan tinggi itu untukmemajukan tingkat pendidikan kaumnya?
3) Jika tingkat pendidikan kaum wanita Betawi relatif lebih tinggi, benarkah hal itu akan mengangkat posisi mereka?
4) Bagaimanakah kita dapat memanfaatkan sekolah-sekolah agama untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tertentu seperti yang diberikan di sekolah-sekolah umum?

Oleh karena itu, tes tingkat sintesis juga dimaksudkan untuk menilai cara dan proses berpikir siswa, tes esai lebih tepat daripada tes objektif. Tes esai memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan berpikirnya yang kreatif, kemampuan penalaran, kemampuan menghubungkan berbagai fakta dan konsep, menggeneralisasikan, dan sebagainya.

6. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Evaluasi
Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi (C6) menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa penilaian terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah, dan bahkan menemukan dan menilai bagaimana pemecahan masalah yang sebaiknya.
Tes tingkat ini sangat baik untuk melatih dan mengukur cara dan proses berpikir siswa. Oleh karena itu, tes bentuk esai yang memungkinkan siswa berpikir dan bernalar secara kreatif lebih tepat daripada tes bentuk objektif. Berikut dicontohkan butir-butir tes tingkat evaluasi.
Contoh:
Wacana yang diujikan, misalnya, adalah wacana yang dikutip pada tes tingkat ingatan di atas.

Contoh butir-butir tes yang diujikan sebagai berikut:
1) Menurut pendapat Anda dapatkah kita menekan pemindahan unsur-unsur kebahasaan yang bersifat negatif, dan sebaliknya mengusahakan pemindahan yang bersifat positif?
2) Usaha-usaha apakah yang kiranya baik ditempuh untuk menghindari adanya sifat interferensi kebahasaan?
3) Menurut pendapat Anda apakah bahasa yang dipergunakan dalam wacana di atas memenuhi kriteria bahasa Indonesia baku?
Tes esai tingkat evaluasi memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan berpikir dan bernalar secara kreatif, dan dimungkinkan sekali adanya perbedaan jawaban di antara siswa. Hal itu berarti tidak hanya ada satu jawaban tertentu yang betul, melainkan bisa saja beberapa jawaban yang berbeda sama-sama betul karena sama-sama dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria “betul” ditentukan berdasarkan ketepatan isi, pengorganisasian (pengungkapan) isi, penyimpulan, kelogisan, alasan, dan ketepatan bahasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap tes esai ini bersifat sangat kompleks, dan ada kalanya sulit dihindarkan adanya unsure subjektivitas penilai.

III. SIMPULAN
Dalam melaksanakan tes kemampuan membaca kita harus mempertimbangkan bahan dan tingkatan tes kemampuan membaca. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.
Tingkatan tes kognitif kemampuan membaca, meliputi: 1. Tingkat ingatan (C1); 2. Tingkat pemahaman (C2); 3. Tingkat penerapan (C3); 4. Tingkat analisis (C4); 5. Tingkat sintesis (C5); dan 6. Tingkat evaluasi (C6).

DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Safari. 2002. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT Kartanegara
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tuckman, 1975. Measaring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing. USA: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Tinggalkan komentar